PENGARUH KALIMAH LAA ILAAHA ILLALLAH DALAM KEHIDUPAN
SEORANG MUSLIM
Al-Ustadz Abu A’la Al-Maududi menyebutkan dalam kitabnya “Mabadi’ul Islam” tentang pengaruh kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” dalam kehidupan seorang muslim diantaranya :
1.Dengan kalimat ini pandangan seorang mu’min tidak akan menjadi sempit, berbeda dengan mereka yang mengikuti banyak sesembahan, terlebih lagi bagi yang mengingkari-Nya.
2.Iman terhadap kalimat ini akan menumbuhkan kehormatan dan harga diri yang tidak bisa diperbuat oleh sesuatu yang lain. Sebab tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dialah yang memegang ketentuan hukum, kekuasaan dan kepemimpinan. Sehingga segala perasaan takut dapat terkikis dari hati kecuali rasa takut kepada-Nya. Hatinya tidak akan menunduk kepada orang lain, tidak akan merengek-rengek kepadanya, tidak gemetar ketakutan menghadapi keangkuhan dan kebesarannya. Sebab ia menyadari hanya Allah-lah yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Hal ini berbeda jauh dengan kalimat kondisi orang musyrik maupun orang atheis.
3.Disamping iman dengan kalimat ini juga bisa menumbuhkan kehormatan dan harga diri, juga menumbuhkan tawadhu’ tanpa menghinakan, tinggi hati, tanpa menyombongkan diri. Urat-urat lehernya tidak akan dapat ditembus oleh syaitan yang suka memperdaya. Kekuatan iman membuatnya bangkit. Ia yakin bahwa Allah-lah yang memberi segala-galanya baginya, sehingga Dia juga berkuasa mengambilnya jika Ia menghendaki.
4.Dengan kalimat ini orang mu’min mengetahui secara yakin, tiada jalan keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan mensucikan diri dan beramal sholeh. Sedangkan orang-orang musyrik dan kafir menjalani kehidupannya diatas angan-angan yang menipu.
5.Orang yang mengucapkan kalimat ini tidak akan tersusupi rasa putus asa dan tidak pula dirongrongnya. Sebab ia yakin bahwa Allah memiliki simpanan di langit dan di bumi. Dengan begitu ia selalu merasa tentram, tenang dan penuh harapan, meskipun ia terusir dari kampung halamannya, tidak terpandang dan sempit jalan kehidupannya. Karena sesungguhnya penglihatan Allah tidak lalai untuk memandangnya. Ia berusaha sekuat tenaga sambil berserah diri kepada Allah. Berbeda dengan orang-orang kafir yang hanya bertumpu kepada kekuatannya yang tentunya serba terbatas, mudah dirasuki dan dibayangi rasa putus asa kala menghadapi kesulitan. Bahkan tidak jarang kesulitan ini mendorong mereka melakukan tindakan bunuh diri.
6.Iman terhadap kalimat ini menghela manusia kepada kekuatan yang besar, berupa ambisi, keberanian, sabar, keteguhan hati dan tawakkal ketika mengemban tugas-tugas dan urusan penting karena mengharap ridho Allah. Dia bisa merasakan satu kekuatan yang menguasai langit dan bumi dibelakang dirimu, sehingga keteguhan dan ketegaran yang menjadi sandaran konsep ini tak ubahnya seperti gunung yang tinggi.
7.Kalimat ini menggerakkan keberanian pada manusia dan mengisi hatinya dengan semangat. Yang membuat manusia menjadi takut dan melemahkan ambisinya adalah dua hal : Pertama, kecintaannya terhadap diri sendiri, harta dan keluarganya. Kedua, keyakinannya bahwa disana ada seseorang selain Allah yang dapat mematikan manusia. Keimanan seseorang terhadap kalimat ini akan melenyapkan kedua perkara diatas dari hatinya. Dengan demikian hatinya semakin yakin kepada Allah. Bahwa Dialah satu-satunya yang menguasai dirinya, hartanya dan keluarganya.
8.Iman kepada kalimat ini bisa menangkap kemampuan manusia, menumbuhkan ketinggian, kepuasan dan kecukupan, membersihkan hati dari noda-noda kerakusan, tamak dan dengki, rendah diri, suka mencela, dan sifat-sifat kurang baik lainnya.
9.Yang paling penting dalam masalah ini bahwa iman terhadap kalimat ini selalu terkait dengan syariat Allah sekaligus menjaganya. Orang mu’min percaya dan yakin bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Kalaupun ia biasa menghindar dari berbagai teror manusia maka tidak bisa menghindar sedikitpun dari Allah.
Oleh karena itu kalimat “Laa ilaaha illallah” merupakan rukun pertama yang terpenting menjadikan manusia menjadi Muslim. Demikianlah pengaruh keimanan kepada kalimat tauhid ini dalam kehidupan seorang muslim.
Al-Ustadz Abu A’la Al-Maududi menyebutkan dalam kitabnya “Mabadi’ul Islam” tentang pengaruh kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” dalam kehidupan seorang muslim diantaranya :
1.Dengan kalimat ini pandangan seorang mu’min tidak akan menjadi sempit, berbeda dengan mereka yang mengikuti banyak sesembahan, terlebih lagi bagi yang mengingkari-Nya.
2.Iman terhadap kalimat ini akan menumbuhkan kehormatan dan harga diri yang tidak bisa diperbuat oleh sesuatu yang lain. Sebab tidak ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dialah yang memegang ketentuan hukum, kekuasaan dan kepemimpinan. Sehingga segala perasaan takut dapat terkikis dari hati kecuali rasa takut kepada-Nya. Hatinya tidak akan menunduk kepada orang lain, tidak akan merengek-rengek kepadanya, tidak gemetar ketakutan menghadapi keangkuhan dan kebesarannya. Sebab ia menyadari hanya Allah-lah yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Hal ini berbeda jauh dengan kalimat kondisi orang musyrik maupun orang atheis.
3.Disamping iman dengan kalimat ini juga bisa menumbuhkan kehormatan dan harga diri, juga menumbuhkan tawadhu’ tanpa menghinakan, tinggi hati, tanpa menyombongkan diri. Urat-urat lehernya tidak akan dapat ditembus oleh syaitan yang suka memperdaya. Kekuatan iman membuatnya bangkit. Ia yakin bahwa Allah-lah yang memberi segala-galanya baginya, sehingga Dia juga berkuasa mengambilnya jika Ia menghendaki.
4.Dengan kalimat ini orang mu’min mengetahui secara yakin, tiada jalan keselamatan dan keberuntungan kecuali dengan mensucikan diri dan beramal sholeh. Sedangkan orang-orang musyrik dan kafir menjalani kehidupannya diatas angan-angan yang menipu.
5.Orang yang mengucapkan kalimat ini tidak akan tersusupi rasa putus asa dan tidak pula dirongrongnya. Sebab ia yakin bahwa Allah memiliki simpanan di langit dan di bumi. Dengan begitu ia selalu merasa tentram, tenang dan penuh harapan, meskipun ia terusir dari kampung halamannya, tidak terpandang dan sempit jalan kehidupannya. Karena sesungguhnya penglihatan Allah tidak lalai untuk memandangnya. Ia berusaha sekuat tenaga sambil berserah diri kepada Allah. Berbeda dengan orang-orang kafir yang hanya bertumpu kepada kekuatannya yang tentunya serba terbatas, mudah dirasuki dan dibayangi rasa putus asa kala menghadapi kesulitan. Bahkan tidak jarang kesulitan ini mendorong mereka melakukan tindakan bunuh diri.
6.Iman terhadap kalimat ini menghela manusia kepada kekuatan yang besar, berupa ambisi, keberanian, sabar, keteguhan hati dan tawakkal ketika mengemban tugas-tugas dan urusan penting karena mengharap ridho Allah. Dia bisa merasakan satu kekuatan yang menguasai langit dan bumi dibelakang dirimu, sehingga keteguhan dan ketegaran yang menjadi sandaran konsep ini tak ubahnya seperti gunung yang tinggi.
7.Kalimat ini menggerakkan keberanian pada manusia dan mengisi hatinya dengan semangat. Yang membuat manusia menjadi takut dan melemahkan ambisinya adalah dua hal : Pertama, kecintaannya terhadap diri sendiri, harta dan keluarganya. Kedua, keyakinannya bahwa disana ada seseorang selain Allah yang dapat mematikan manusia. Keimanan seseorang terhadap kalimat ini akan melenyapkan kedua perkara diatas dari hatinya. Dengan demikian hatinya semakin yakin kepada Allah. Bahwa Dialah satu-satunya yang menguasai dirinya, hartanya dan keluarganya.
8.Iman kepada kalimat ini bisa menangkap kemampuan manusia, menumbuhkan ketinggian, kepuasan dan kecukupan, membersihkan hati dari noda-noda kerakusan, tamak dan dengki, rendah diri, suka mencela, dan sifat-sifat kurang baik lainnya.
9.Yang paling penting dalam masalah ini bahwa iman terhadap kalimat ini selalu terkait dengan syariat Allah sekaligus menjaganya. Orang mu’min percaya dan yakin bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Kalaupun ia biasa menghindar dari berbagai teror manusia maka tidak bisa menghindar sedikitpun dari Allah.
Oleh karena itu kalimat “Laa ilaaha illallah” merupakan rukun pertama yang terpenting menjadikan manusia menjadi Muslim. Demikianlah pengaruh keimanan kepada kalimat tauhid ini dalam kehidupan seorang muslim.